20 Oktober 2009 adalah hal penting dalam negeriku. Hari itu presiden yang baru dilantik dan diambil sumpahnya. Dua hari berikutnya adalah pelantikan menteri. LUCU, yang menjadi lucu adalah pemilihan menteri yang dilakukan presiden. Mungkin teman-teman ada yang senang menonton acara idol-idolan di tv kita -yang tidak mendidik itu^~^- nah, pemilihan menteri kita kali ini tidak jauh beda dengan acara idol-idolan itu.
Bak artis baru para calon menteri diharuskan mengikuti fit and proper test, uji kelayakan dan kepatutan menghiasi tv kita selama sehari penuh. Melambaikan tangan, tersenyum dan tidak lupa mengobral sedikit janji, hal itulah yang dilakukan ketika hendak, sedang, dan telah mengikuti uji di RSPAD Gatot Subroto. Dari total 34 menteri ini, hampir setengahnya adalah orang lama kepercayaan Presiden dan selebihnya adalah mereka yang berjasa mengantarkan SBY ke kedudukannya yang sekarang. Ada tim sukses, partai pendukung, sampai partai yang tadinya bersebrangan. Semua dirangkul untuk mengukuhkan kekuasaan. Untuk satu ini saya jadi berpikir terlalu jauh: jangan-jangan nanti UU mengenai batas maksimal seorang presiden terpilih kembali jadi berubah, bukan hal yang tidak mungkin kan??? dalam demokrasi kan yang menentukan hukum dan semua aturan adalah lembaga perwakilan rakyat, so,semua bisa diatur. Lembaga perwakilan itu kan manusia, namanya manusia ya tidak terlepas dari kepentingan.
Beberapa menteri pada Indonesia Bersatu I tetap dipertahankan, ada yang masih pada jabatan yang sama, ada juga yang bertukar posisi. Semua calon menteri yang diuji itu lolos semua menjadi menteri kecuali satu : Nila Anfasa Moeloek. Jadi, seyogianya tes itu seperti bahan penghibur saja. Malah yang ada jadinya menghabiskan anggaran yang tidak perlu sebenarnya. Kenapa saya bilang tidak perlu, karena toh para menteri itu ketika menjabat menteri akan mendapat kesehatan maksimal yang gratis pula. Atau sebenarnya uji-ujian ini sebagai kedok belaka untuk memasukan satu nama yang sangat kontroversial di departemen kesehatan. Entahlah, tapi fakta membuktikan lewat acara tes-tesan itu satu nama dengan halus tersingkirkan dan dengan mudah satu nama lain yang sangat tak terduga muncul. Coba jika tidak ada acara tes-tesan kemunculan Endang Rahayu Sedyaningsih (ERS) mungkin akan menarik massa ke jalanan mengingat track record ibu ERS. Atau tes-tesan ini hanya ajang formalitas mengukuhkan betapa kuatnya sang presiden?apapun alasannya yang pasti biaya yang dikeluarkan sangat banyak yang sebenarnya tidak perlu. Saya jadi ingat lima tahun yang lalu ketika SBY awal menjadi presiden iring-iringan mobilnya menimbuklkan kecelakaan dan sekarang awal menjadi presiden untuk kedua kalinya, SBY menghamburkan uang.
Beberapa menteri yang terlalu berani seperti dugaan tidak terpilih lagi. Siti Fadilah Supari (SFR) menteri kesehatan yang keras menentang keberadaan NAMRU 2 Amerika Serikat, akhirnya harus digantikan oleh orang yang pada masa kepemimpinannya pernah ia mutasi. Ya, ERS pernah dimutasi oleh SFR, karena ERS membawa virus yang sangat dilarang untuk dibawa ke luar negeri. Selain dari itu ERS dikenal sangat dekat dengan Amerika. ERS pun menyatakan akan melanjtkan hubungan kerja sama dengan Amerika. Tidak menutup kemungkinan NAMRU akan bangkit kembali apakah itu dengan namanya atau menggantinya. Selain SFR ada Menpora (Menteri Pemuda dan Olahraga) Adyaksa Dault yang seringkali mendukung acara-acara yang mungkin menurut pemerintah tidak baik, contohnya acara Kongres Mahasiswa Islam Indonesia 18 Oktober 2009 yang menyuarakan syariah Islam ditegakkan notabene didukung oleh kementrian pemuda dan olahraga. Padahal jika dilihat secara kinerja kedua menteri ini adalah yang paling berhasil.
Menteri-menteri Indonesia Bersatu jilid II hampir semuanya pendukung gaya macam kapitalisme. Di jajaran ekonomi duduk Hatta Rajasa yang tidak disangsikan lagi keliberalannya, keuangan ada Sri Mulyani yang pernah menjabat di IMF, Mari Elka Pangestu pada perdagangan, dan menteri-menteri lainnya. Beberapa memang ada menteri-menteri dari kalangan yang mengaku partai Islam tapi nyatanya mereka hanya ditempatkan SBY pada ring dua. Kenapa partai-partai ini capek-capek mendukung SBY dan menyuarakan untuk memilih partainya agar tidak liberal, eh, setelah dipilih merapat juga ke kubu liberal, bagaimana si?
Sekarang kita ke rakyat. Setelah para menteri ini dilantik dan mulai bekerja, akan berlaku apa pada rakyat? tidak mau pesimis tapi juga tidak memiliki harapan atas pemerintahan ini.
Kapankah ummat ini menemukan kedamaian dalam lindungan Islam? InsyaAllah tidak lama lagi. Janji Allah adalah pasti. Jangan takut saudaraku. Ingat, Konstantinopel pun jatuh ke tangan Muslim tidak langsung setelah haditsnya disampaikan tapi berabad-abad lamanya oleh seorang pemuda Al Fatih yang baru berusia 23 tahun. Jadi usia muda bukan menjadi penghambat untuk berjuang malah usia muda adalah waktunya kita berjuang, hidup adalah pilihan kawan. Saatnya kita memilih akan jadi pemain yang memperjuangkan syariah atau hanya duduk manis di barisan penonton, tentu pahalanya akan lain kawan di mata Allah. Islam akan kembali bangkit. ALLAHUAKBAR!!!!!
Rabu, 28 Oktober 2009
Jumat, 16 Oktober 2009
sebuah kado
Gaswatt, gaswat!!! besok pelajaran PPKn (Pendidikan...kewarganegaraan mmm...ko lupa?). Aku selalu begitu: SKS (sistem kebut semalam) untuk mata pelajaran ini. dan selama ini oke-oke saja, kupikir otakku memang encer, besoknya aku bisa menjadi siswa yang paling hafal atau mungkin teman-temanku lebih malas dari aku untuk pelajaran yang satu ini?
Kali ini yang menjadi PR hafalan adalah pancasila. Ah, cuma lima ini, pikirku. Aku pun mulai duduk di kursi belajar dari plastik berwarna putih. Sebenarnya itu bukan kursi belajar, itu adalah kursi meja makan. Boro-boro deh spesial punya meja belajar plus kursinya yang bisa diputar-putar atau di tarik maju mundur kadang untuk uang jajan pun aku berusaha mengirit. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa belajar untuk berhemat, bukan karena aku ingin banyak uang tapi disebabkan kondisi orang tuaku. Pada waktu itu Bapakku masih belum memiliki pekerjaan yang menjanjikan upah cukup dan ibuku seorang ibu rumah tangga yang sering nyambi menjadi petani. Aku tidak berani untuk meminta uang jajan lebih, bagiku Rp100,00 harus cukup. Dan alhamdulillah malah bisa lebih uang seratus itu. Temanku banyak hampir seluruh kampung tapi yang terdekat teman-teman sekelas dan dua orang diantaranya adalah Yeni dan Nina. Kepada mereka aku selalu membanggakan kecilnya rupiah yang kubuang hari itu. Saking hemat atau pelit semua pengeluaran kucatat detail, bukunya pun kupilih yang baik, bukan bagus. Kalau di sekolah lagi ingin jajan aku sekuat tenaga menahannya kalau tak tahan kupulang saja ke rumah: ambil makanan, yang penting kenyang. Jika diingat kenangan itu sangat indah. Aku kangen kadang-kadang.
Di meja belajar aku mulai menghafal kelima butir pancasila, cetek sekali menghafalnya, hitungan menit aku sudah hafal di luar kepala. setelah itu, ya, tidur pulas dan berharap cepat berada di kelas PPKn untuk membanggakan diri atas hafalanku.
Di Australia dah jam empat, euy...! "Astagfirullah...", aku pun terbangun, kulihat jam di dinding kamar: jam empat lewat lima. Menguap terus ngelamun: ko bisa Australia? aah yang penting aku sudah bangun. Tapi kenapa Australia sampai sekarang aku tidak tahu. Sebelum tidur aku selalu berdo'a dan dalam do'aku kuucapkan permohonan agar aku dibangunkan jam empat dan entah kenapa Australia, wallahualam...Karena di Australia sudah jam empat makanya aku bangun, aku tidak tahu.
Subuh, setelah berdo'a aku bersujud kembali. Masih tetap sujud. Masih. Aduh! Ya Allah, Ya Allah...aku mengerang kesakitan: kakiku tak dapat digerakkan efek dari kelamaan sujud alias tertidur. Rasanya nikmat tertidur setelah subuh sambil sujud. Tidak rugi juga karena aku akan terbangun karena kesemutan kalau tidak bisa kebablasan. Tiap kali aku bangun tidur pun biasanya bersujud dulu di atas bantal untuk mengumpulkan kesadaranku. Semua orang rumah pada heran akan hobiku sujud terus tidur, anehnya karena tidurku bisa lumayan lama untuk orang tidur sambil sujud: kan kesemutan. Setelah membereskan mukena, aku langsung bersiap dengan seragam merah putih. Setelah rapi aku memegang buku PPKn, "aiahhh, ini dia Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, ko bisa lupa si? tapi apa pentingnya pula? hehehe...", aku terkekeh kecil. Memantapkan hafalan semalam sambil sarapan. Sarapannya kalau tidak salah serabi dan gorengannya, hmmm mantappp rasanya.
Sepuluh. Nilai PPKn ku, hehe, aku terkekeh sendiri. Lirikan ke kertas sebelah membuatku tertawa. "Lima!? ko bisa Cun?", sambil menahan tawa ceritanya. Si Cucun melirikku kejam. Emang si Cucun lebih parahnya malasnya daripada aku. Sudahlah tinggalkan PPKn.
Tapi bingung juga si dengan namanya PPKn. Kalau tidak salah dulu namanya PMP (Pendidikan Moral Pancasila) terus diganti menjadi PPKn, sekarang apa ya? yang membingungkan ni PPKn ternyata tidak berhenti sampai SD, karena berikutnya aku masuk SMP pelajaran ini masih mentereng, SMA juga ada malah sampai Perguruan Tinggi dan Prajabatan menjadi pegawai. Yang dipelajari itu-itu juga tapi aneh dan membingungkan pengamalannya tidak terasa. Mana pernah dalam melakukan sesuatu aku mengingat dulu pancasila yang pasti kuingat adalah yang kulakukan ini halal atau haram, tidak lebih. Jadi tidak salah dong pas pelajaran ini hampir semua siswa ngantuk berat, habisnya ni pelajaran gak ada selesainya dari kelas satu SD sampai mau jadi pegawai, itung berapa taun.
Kali ini yang menjadi PR hafalan adalah pancasila. Ah, cuma lima ini, pikirku. Aku pun mulai duduk di kursi belajar dari plastik berwarna putih. Sebenarnya itu bukan kursi belajar, itu adalah kursi meja makan. Boro-boro deh spesial punya meja belajar plus kursinya yang bisa diputar-putar atau di tarik maju mundur kadang untuk uang jajan pun aku berusaha mengirit. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa belajar untuk berhemat, bukan karena aku ingin banyak uang tapi disebabkan kondisi orang tuaku. Pada waktu itu Bapakku masih belum memiliki pekerjaan yang menjanjikan upah cukup dan ibuku seorang ibu rumah tangga yang sering nyambi menjadi petani. Aku tidak berani untuk meminta uang jajan lebih, bagiku Rp100,00 harus cukup. Dan alhamdulillah malah bisa lebih uang seratus itu. Temanku banyak hampir seluruh kampung tapi yang terdekat teman-teman sekelas dan dua orang diantaranya adalah Yeni dan Nina. Kepada mereka aku selalu membanggakan kecilnya rupiah yang kubuang hari itu. Saking hemat atau pelit semua pengeluaran kucatat detail, bukunya pun kupilih yang baik, bukan bagus. Kalau di sekolah lagi ingin jajan aku sekuat tenaga menahannya kalau tak tahan kupulang saja ke rumah: ambil makanan, yang penting kenyang. Jika diingat kenangan itu sangat indah. Aku kangen kadang-kadang.
Di meja belajar aku mulai menghafal kelima butir pancasila, cetek sekali menghafalnya, hitungan menit aku sudah hafal di luar kepala. setelah itu, ya, tidur pulas dan berharap cepat berada di kelas PPKn untuk membanggakan diri atas hafalanku.
Di Australia dah jam empat, euy...! "Astagfirullah...", aku pun terbangun, kulihat jam di dinding kamar: jam empat lewat lima. Menguap terus ngelamun: ko bisa Australia? aah yang penting aku sudah bangun. Tapi kenapa Australia sampai sekarang aku tidak tahu. Sebelum tidur aku selalu berdo'a dan dalam do'aku kuucapkan permohonan agar aku dibangunkan jam empat dan entah kenapa Australia, wallahualam...Karena di Australia sudah jam empat makanya aku bangun, aku tidak tahu.
Subuh, setelah berdo'a aku bersujud kembali. Masih tetap sujud. Masih. Aduh! Ya Allah, Ya Allah...aku mengerang kesakitan: kakiku tak dapat digerakkan efek dari kelamaan sujud alias tertidur. Rasanya nikmat tertidur setelah subuh sambil sujud. Tidak rugi juga karena aku akan terbangun karena kesemutan kalau tidak bisa kebablasan. Tiap kali aku bangun tidur pun biasanya bersujud dulu di atas bantal untuk mengumpulkan kesadaranku. Semua orang rumah pada heran akan hobiku sujud terus tidur, anehnya karena tidurku bisa lumayan lama untuk orang tidur sambil sujud: kan kesemutan. Setelah membereskan mukena, aku langsung bersiap dengan seragam merah putih. Setelah rapi aku memegang buku PPKn, "aiahhh, ini dia Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, ko bisa lupa si? tapi apa pentingnya pula? hehehe...", aku terkekeh kecil. Memantapkan hafalan semalam sambil sarapan. Sarapannya kalau tidak salah serabi dan gorengannya, hmmm mantappp rasanya.
Sepuluh. Nilai PPKn ku, hehe, aku terkekeh sendiri. Lirikan ke kertas sebelah membuatku tertawa. "Lima!? ko bisa Cun?", sambil menahan tawa ceritanya. Si Cucun melirikku kejam. Emang si Cucun lebih parahnya malasnya daripada aku. Sudahlah tinggalkan PPKn.
Tapi bingung juga si dengan namanya PPKn. Kalau tidak salah dulu namanya PMP (Pendidikan Moral Pancasila) terus diganti menjadi PPKn, sekarang apa ya? yang membingungkan ni PPKn ternyata tidak berhenti sampai SD, karena berikutnya aku masuk SMP pelajaran ini masih mentereng, SMA juga ada malah sampai Perguruan Tinggi dan Prajabatan menjadi pegawai. Yang dipelajari itu-itu juga tapi aneh dan membingungkan pengamalannya tidak terasa. Mana pernah dalam melakukan sesuatu aku mengingat dulu pancasila yang pasti kuingat adalah yang kulakukan ini halal atau haram, tidak lebih. Jadi tidak salah dong pas pelajaran ini hampir semua siswa ngantuk berat, habisnya ni pelajaran gak ada selesainya dari kelas satu SD sampai mau jadi pegawai, itung berapa taun.
Langganan:
Postingan (Atom)