Rabu, 16 Desember 2009

Hanya Gie

16 Des 2009. 40 tahun untuk Gie. Dan surprise hari sabtu kemarin pas naik KA ke kota melihat baligo: SANG PEMIMPI!!! Film yang kutunggu-tunggu. Penayangan umum tanggal 17 Des, bukankah itu tanggal lahir Gie, apakah menjadi salah satu pertimbangan mengingat Mira Lesmana penggemar Gie or just kebetulan, i don't know...

eh, Gie...rasanya semakin banyak saja pemuda sepertimu pada zamanku...tapi mereka belum mendapatkan tempat saja kukira. Jika saja mereka mau konsisten dengan ideologinya maka mereka layak sepertimu tapi jika mereka mampu menemukan ideologi lain yang lebih oke dan mereka konsisten maka itu jauh lebih baik darimu Gie...

tidak banyak ideologi di dunia ini. Hanya ada tiga kurasa. Pertama komunisme yang sudah hancur berkeping-keping. Kukatakan berkeping-keping karena kau tahu masih banyak penganutnya menyebar dimana-mana di seluruh dunia ini. Kedua kapitalisme yang hari ini sedang naik ayunan kesana kemari tak menentu. Dan terakhir Islam, dulu pernah berkuasa dalam kurun waktu yang sangat lama,tidakkah yang satu ini cukup menjanjikan sebagai ideologi?

Gie,sebanyak apa pun kupanggil kau tidak akan pernah ada.tapi aku sangat senang membaca beberapa tulisan anak muda seangkatanku ini.aku berdo'a semoga mereka bisa konsisten.kau merasa dijauhkan dari kehidupan sosial karena jalan yang kau pilih tapi dengarkanlah aku tidak akan meninggalkan orang sepertimu.apalagi islamlah yang menjadi pilihannya.gie hari ini kau semakin banyak tapi sedihku tidak ada yang kukenal satu pun,ah, gak penting juga ya gie..

Oya di sini jauh dari pandalawangi sementara aku belum juga ke sana...

Rabu, 28 Oktober 2009

Indonesia Bersatu Jilid II

20 Oktober 2009 adalah hal penting dalam negeriku. Hari itu presiden yang baru dilantik dan diambil sumpahnya. Dua hari berikutnya adalah pelantikan menteri. LUCU, yang menjadi lucu adalah pemilihan menteri yang dilakukan presiden. Mungkin teman-teman ada yang senang menonton acara idol-idolan di tv kita -yang tidak mendidik itu^~^- nah, pemilihan menteri kita kali ini tidak jauh beda dengan acara idol-idolan itu.

Bak artis baru para calon menteri diharuskan mengikuti fit and proper test, uji kelayakan dan kepatutan menghiasi tv kita selama sehari penuh. Melambaikan tangan, tersenyum dan tidak lupa mengobral sedikit janji, hal itulah yang dilakukan ketika hendak, sedang, dan telah mengikuti uji di RSPAD Gatot Subroto. Dari total 34 menteri ini, hampir setengahnya adalah orang lama kepercayaan Presiden dan selebihnya adalah mereka yang berjasa mengantarkan SBY ke kedudukannya yang sekarang. Ada tim sukses, partai pendukung, sampai partai yang tadinya bersebrangan. Semua dirangkul untuk mengukuhkan kekuasaan. Untuk satu ini saya jadi berpikir terlalu jauh: jangan-jangan nanti UU mengenai batas maksimal seorang presiden terpilih kembali jadi berubah, bukan hal yang tidak mungkin kan??? dalam demokrasi kan yang menentukan hukum dan semua aturan adalah lembaga perwakilan rakyat, so,semua bisa diatur. Lembaga perwakilan itu kan manusia, namanya manusia ya tidak terlepas dari kepentingan.

Beberapa menteri pada Indonesia Bersatu I tetap dipertahankan, ada yang masih pada jabatan yang sama, ada juga yang bertukar posisi. Semua calon menteri yang diuji itu lolos semua menjadi menteri kecuali satu : Nila Anfasa Moeloek. Jadi, seyogianya tes itu seperti bahan penghibur saja. Malah yang ada jadinya menghabiskan anggaran yang tidak perlu sebenarnya. Kenapa saya bilang tidak perlu, karena toh para menteri itu ketika menjabat menteri akan mendapat kesehatan maksimal yang gratis pula. Atau sebenarnya uji-ujian ini sebagai kedok belaka untuk memasukan satu nama yang sangat kontroversial di departemen kesehatan. Entahlah, tapi fakta membuktikan lewat acara tes-tesan itu satu nama dengan halus tersingkirkan dan dengan mudah satu nama lain yang sangat tak terduga muncul. Coba jika tidak ada acara tes-tesan kemunculan Endang Rahayu Sedyaningsih (ERS) mungkin akan menarik massa ke jalanan mengingat track record ibu ERS. Atau tes-tesan ini hanya ajang formalitas mengukuhkan betapa kuatnya sang presiden?apapun alasannya yang pasti biaya yang dikeluarkan sangat banyak yang sebenarnya tidak perlu. Saya jadi ingat lima tahun yang lalu ketika SBY awal menjadi presiden iring-iringan mobilnya menimbuklkan kecelakaan dan sekarang awal menjadi presiden untuk kedua kalinya, SBY menghamburkan uang.

Beberapa menteri yang terlalu berani seperti dugaan tidak terpilih lagi. Siti Fadilah Supari (SFR) menteri kesehatan yang keras menentang keberadaan NAMRU 2 Amerika Serikat, akhirnya harus digantikan oleh orang yang pada masa kepemimpinannya pernah ia mutasi. Ya, ERS pernah dimutasi oleh SFR, karena ERS membawa virus yang sangat dilarang untuk dibawa ke luar negeri. Selain dari itu ERS dikenal sangat dekat dengan Amerika. ERS pun menyatakan akan melanjtkan hubungan kerja sama dengan Amerika. Tidak menutup kemungkinan NAMRU akan bangkit kembali apakah itu dengan namanya atau menggantinya. Selain SFR ada Menpora (Menteri Pemuda dan Olahraga) Adyaksa Dault yang seringkali mendukung acara-acara yang mungkin menurut pemerintah tidak baik, contohnya acara Kongres Mahasiswa Islam Indonesia 18 Oktober 2009 yang menyuarakan syariah Islam ditegakkan notabene didukung oleh kementrian pemuda dan olahraga. Padahal jika dilihat secara kinerja kedua menteri ini adalah yang paling berhasil.

Menteri-menteri Indonesia Bersatu jilid II hampir semuanya pendukung gaya macam kapitalisme. Di jajaran ekonomi duduk Hatta Rajasa yang tidak disangsikan lagi keliberalannya, keuangan ada Sri Mulyani yang pernah menjabat di IMF, Mari Elka Pangestu pada perdagangan, dan menteri-menteri lainnya. Beberapa memang ada menteri-menteri dari kalangan yang mengaku partai Islam tapi nyatanya mereka hanya ditempatkan SBY pada ring dua. Kenapa partai-partai ini capek-capek mendukung SBY dan menyuarakan untuk memilih partainya agar tidak liberal, eh, setelah dipilih merapat juga ke kubu liberal, bagaimana si?

Sekarang kita ke rakyat. Setelah para menteri ini dilantik dan mulai bekerja, akan berlaku apa pada rakyat? tidak mau pesimis tapi juga tidak memiliki harapan atas pemerintahan ini.

Kapankah ummat ini menemukan kedamaian dalam lindungan Islam? InsyaAllah tidak lama lagi. Janji Allah adalah pasti. Jangan takut saudaraku. Ingat, Konstantinopel pun jatuh ke tangan Muslim tidak langsung setelah haditsnya disampaikan tapi berabad-abad lamanya oleh seorang pemuda Al Fatih yang baru berusia 23 tahun. Jadi usia muda bukan menjadi penghambat untuk berjuang malah usia muda adalah waktunya kita berjuang, hidup adalah pilihan kawan. Saatnya kita memilih akan jadi pemain yang memperjuangkan syariah atau hanya duduk manis di barisan penonton, tentu pahalanya akan lain kawan di mata Allah. Islam akan kembali bangkit. ALLAHUAKBAR!!!!!

Jumat, 16 Oktober 2009

sebuah kado

Gaswatt, gaswat!!! besok pelajaran PPKn (Pendidikan...kewarganegaraan mmm...ko lupa?). Aku selalu begitu: SKS (sistem kebut semalam) untuk mata pelajaran ini. dan selama ini oke-oke saja, kupikir otakku memang encer, besoknya aku bisa menjadi siswa yang paling hafal atau mungkin teman-temanku lebih malas dari aku untuk pelajaran yang satu ini?

Kali ini yang menjadi PR hafalan adalah pancasila. Ah, cuma lima ini, pikirku. Aku pun mulai duduk di kursi belajar dari plastik berwarna putih. Sebenarnya itu bukan kursi belajar, itu adalah kursi meja makan. Boro-boro deh spesial punya meja belajar plus kursinya yang bisa diputar-putar atau di tarik maju mundur kadang untuk uang jajan pun aku berusaha mengirit. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa belajar untuk berhemat, bukan karena aku ingin banyak uang tapi disebabkan kondisi orang tuaku. Pada waktu itu Bapakku masih belum memiliki pekerjaan yang menjanjikan upah cukup dan ibuku seorang ibu rumah tangga yang sering nyambi menjadi petani. Aku tidak berani untuk meminta uang jajan lebih, bagiku Rp100,00 harus cukup. Dan alhamdulillah malah bisa lebih uang seratus itu. Temanku banyak hampir seluruh kampung tapi yang terdekat teman-teman sekelas dan dua orang diantaranya adalah Yeni dan Nina. Kepada mereka aku selalu membanggakan kecilnya rupiah yang kubuang hari itu. Saking hemat atau pelit semua pengeluaran kucatat detail, bukunya pun kupilih yang baik, bukan bagus. Kalau di sekolah lagi ingin jajan aku sekuat tenaga menahannya kalau tak tahan kupulang saja ke rumah: ambil makanan, yang penting kenyang. Jika diingat kenangan itu sangat indah. Aku kangen kadang-kadang.

Di meja belajar aku mulai menghafal kelima butir pancasila, cetek sekali menghafalnya, hitungan menit aku sudah hafal di luar kepala. setelah itu, ya, tidur pulas dan berharap cepat berada di kelas PPKn untuk membanggakan diri atas hafalanku.

Di Australia dah jam empat, euy...! "Astagfirullah...", aku pun terbangun, kulihat jam di dinding kamar: jam empat lewat lima. Menguap terus ngelamun: ko bisa Australia? aah yang penting aku sudah bangun. Tapi kenapa Australia sampai sekarang aku tidak tahu. Sebelum tidur aku selalu berdo'a dan dalam do'aku kuucapkan permohonan agar aku dibangunkan jam empat dan entah kenapa Australia, wallahualam...Karena di Australia sudah jam empat makanya aku bangun, aku tidak tahu.

Subuh, setelah berdo'a aku bersujud kembali. Masih tetap sujud. Masih. Aduh! Ya Allah, Ya Allah...aku mengerang kesakitan: kakiku tak dapat digerakkan efek dari kelamaan sujud alias tertidur. Rasanya nikmat tertidur setelah subuh sambil sujud. Tidak rugi juga karena aku akan terbangun karena kesemutan kalau tidak bisa kebablasan. Tiap kali aku bangun tidur pun biasanya bersujud dulu di atas bantal untuk mengumpulkan kesadaranku. Semua orang rumah pada heran akan hobiku sujud terus tidur, anehnya karena tidurku bisa lumayan lama untuk orang tidur sambil sujud: kan kesemutan. Setelah membereskan mukena, aku langsung bersiap dengan seragam merah putih. Setelah rapi aku memegang buku PPKn, "aiahhh, ini dia Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, ko bisa lupa si? tapi apa pentingnya pula? hehehe...", aku terkekeh kecil. Memantapkan hafalan semalam sambil sarapan. Sarapannya kalau tidak salah serabi dan gorengannya, hmmm mantappp rasanya.

Sepuluh. Nilai PPKn ku, hehe, aku terkekeh sendiri. Lirikan ke kertas sebelah membuatku tertawa. "Lima!? ko bisa Cun?", sambil menahan tawa ceritanya. Si Cucun melirikku kejam. Emang si Cucun lebih parahnya malasnya daripada aku. Sudahlah tinggalkan PPKn.

Tapi bingung juga si dengan namanya PPKn. Kalau tidak salah dulu namanya PMP (Pendidikan Moral Pancasila) terus diganti menjadi PPKn, sekarang apa ya? yang membingungkan ni PPKn ternyata tidak berhenti sampai SD, karena berikutnya aku masuk SMP pelajaran ini masih mentereng, SMA juga ada malah sampai Perguruan Tinggi dan Prajabatan menjadi pegawai. Yang dipelajari itu-itu juga tapi aneh dan membingungkan pengamalannya tidak terasa. Mana pernah dalam melakukan sesuatu aku mengingat dulu pancasila yang pasti kuingat adalah yang kulakukan ini halal atau haram, tidak lebih. Jadi tidak salah dong pas pelajaran ini hampir semua siswa ngantuk berat, habisnya ni pelajaran gak ada selesainya dari kelas satu SD sampai mau jadi pegawai, itung berapa taun.

Kamis, 10 September 2009

Lama kelamaan aku semakin tidak mengerti. Semakin tahu banyak, semakin juga tambah ketidaktahuanku...hari ini aku begini besok berubah menjadi begitu...
Jakarta mungkinkah akan menjadi kotaku?
dulu aku tidak berharap seperti itu. Aku malah ingin meninggalkan kota ini. Pergi jauh meninggalkan Jakarta bahkan tanah Jawa berharap mendapatkan kota yang nyaman dan masih penuh misteri. Tapi kini pandanganku telah berubah. Tiba-tiba saja aku sangat bangga dengan Jakarta, tiba-tiba saja aku ingin tinggal, dan tiba-tiba saja aku jatuh cinta...

Jakarta empat tahun yang lalu membuatku sedikit takut dan aku datang seperti musuh yang hendak menaklukan. Tapi kini ia bagai kekasih yang sangat takut kutinggalkan. Karena pemikiran gila ini muncul pemikiran yang lebih gila; aku berharap seseorang menyuntingku agarku tetap tinggal di tanah ini, di Jakarta, tanah Jawa, tanah tempat kedua orang tua, keluarga, dan tanah tempat aku dilahirkan dan dibesarkan.Gilakah?

Banyak sekali keraguanku sekarang ini untuk meninggalkan tanah yang sudah 23 tahun kutinggali. Banyak sekali rasa sayang, banyak kenangan dan semua hal tentangku di sini.

Rabu, 19 Agustus 2009

botchan terus ke madilog



Botchan...hmmm aku tidak bisa berhenti. sederhana saja ceritanya tentang seorang anak yang dianggap sangat nakal dan selalu dianggap tidak akan jadi apa-apa bahkan oleh kedua orang tuanya sendiri, tapi tidak bagi Kiyo. Kiyo adalah pembantu pada keluarga tersebut. Kiyo berbeda, dia menganggap Botchan berkebalikan. jika orang lain mencemooh Botcah, Kiyo sebaliknya memuji. dari Kiyolah si Botchan tumbuh dan berani bahwa saya bisa. Botchan sendiri sebenarnya bukan sebuah nama. Botchan adalah panggilan sayang penuh rasa hormat kepada anak kecil di Jepang, ya, mirip tuan muda, tapi kalau Botchan memiliki rasa, maksudku lebih dalam.

Sebelumnya aku baca madilog, Tan Malaka, kiriman seorang teman. Karena bentuknya soft jadi mataku sepet juga, baru halaman 13 sudah puyeng. Bahasanya sebenarnya enak dan lucu, kadang aku tertawa dan menangis membaca pendahuluan madilog itu, ya, karena halaman 13 itu baru selesai pendahuluan dan pustaka. Pustaka yang maksudnya berbasa-basi karena tidak bisa mencantumkan referensi, semua buku acuannya telah hilang. Hilang di perjalanan menyamar menyembunyikan diri. Dia pun hanya mengapal dengan bantuan jembatan keledai tapi, yah, ingatan manusia terbatas.

Sedih sekali mengetahui keadaan seperti apa waktu ia melahirkan madilog. Dibandingkan dengan aku sekarang:sangat jauh berbeda. Dulu mana ada waktu untuk sekedar mengagumi keelokan alam dan kecantikan wanita atau ketampanan seorang laki-laki. Seharusnya untuk satu ini aku dan semua yang hidup di zaman ini patut bersyukur, bagaimana tidak, kita hidup di alam yang begitu indah, kita juga bisa melihat wajah setampan Lee Min Ho
, atau secantik Breatney Spears,kita juga kenyang dengan makanan yang beraneka rupa lagi enak itu, coba apa lagi? mengenai ini aku berfikir, mungkin kebahagiaannya akan berbeda. Berbeda ketika orang melahirkan madilog dan bahagianya orang yang melihat betapa eloknya pemandangan atau kesenangan hari ini. Ya, kurasa sangat berbeda kadar kebahagiaannya. Jadi jika disuruh memilih, aku lebih suka bahagia ala madilog daripada bahagia yang kudapat hari ini.


Tunggulah, tunggulah sampai aku selesai menuliskan apa yang mau kutulis. Tapi, aku sangat ingin membereskan Botchan ini. Rasanya aku akan berhentu dulu menulis, semoga akan tetap enak untuk dibaca walaupun ya, meloncat-loncat, tapi itulah...

Senin, 15 Juni 2009

Dimanakah orang-orang?kenapa aku sangat kesepian?ingin menangis tapi rasanya sangat hampa…pulang saja melihat apa, emih, adek, emak,dan semua keluarga I love you all, very muuuuchhh.
Tapi ini sangat melow kekanak-kanakan sekali.

Malam ini aku adalah penguasa. Semua orang sudah terlelap. Aku melakukan apapun yang kumau. Aku pergi keluar, nyaman sekali. Menghirup hawa malam, segar sekali. I love it. Tapi tetap saja aku sendiri. Aku seperti di dunia lain. Aku hanya memajukan bibir dan menarik nafas dalam. Yah, seperti itulah, tidakkah menyedihkan?

Ada minuman teh hijau kesukaanku. Aku hanya meliriknya karena tidak bisa menikmatinya. Tapi ngomong-ngomong tentang penguasa malam, aku mendapat ide dari Maruko. Sepertinya menyenangkan hidup seperti itu. Dunia yang polos, berpikir sederhana, menangis, tertawa juga dengan sederhana, semuanya serba simple…tapi apakah itu hidup??? Mungkin hanya ada di dunia anak-anak.

Aku jadi teringat masa dulu. Sekarang aku sudah besar, berpikiran dewasa dan memandang dengan jernih segala sesuatu. Tidak lagi aku bermimpi, seperti sinetron-sinetron atau drama-drama korea yang oh, sangat menyebalkan. Sebenarnya enak ditonton tapi kosong. Bicara soal filem aku lebih senang filem2 Jepang. Filem Jepang mendidik, contoh yang pernah kutonton Detektif Conan , Chibi Maruko Chan, dan Tegami. Conan aku jadi tahu istilah-istilah medis dan bebrapa jenis racun yang membahayakan, lewat Chibi aku belajar arti hidup itu sendiri, dan Tegami aku jadi tahu kebudayaan Jepang. Dalam tegami diceritakan bahwa di Jepang ada sanksi sosial bagi keluarga yang salah satu anggota keluarganya pernah melakukan kejahatan membunuh, dikucilkan habis-habisan. Sedih, sedih sekali.

Teringat skripsi, ujian, dan jalan yang kupilih, aku jadi tahu jika hidup memang sangat berwarna, berliku, dan melelahkan. Tapi aku juga tahu hidup sangat menyenangkan penuh canda dan tawa. Tapi hidup juga sangat dingin, paling tidak untuk malam ini.

Aku hanya menulis denga hati yang meloncat kesana kemari. Aku tidak berharap tulisan ini akan sangat menyenangkan untuk dibaca, paling tidak aku menuliskannya. Dan hal itu sudah mengurangi kebekuan ini. Aku tidak suka sama sekali denga hal-hal yang membuatku terpaku dan membeku. Aku lebih baik tidur atau pergi melancong. Jadi tolong jangan buat seperti ini.

Rabu, 27 Mei 2009

gie dan chairil


Saya mungkin sangat cengeng. Menonton Gie saya menangis keras, membacanya pun kembali menangis. Jika saya menangis karena penderitaan saudara di Palestin atau melihat betapa terpinggirkannya masyarakat Papua atas nama budaya, mungkin itu menjadi wajar. Tapi benarkah menangis karena membaca Gie, membaca "Yang Terampas dan Yang Putus", atau yang sejenisnya tidak wajar???

Saya seringkali menangis karena membayangkan betapa mereka sangat cerdas di bidangnya masing-masing, tapi saya amat sangat sedih karena tahu mereka tahu sedang terjadi suatu kesalahan dalam cara hidup tapi mereka tidak mendapatkan jalan terbaik. Kata Soe, "keadilan itu cuma ada di langit". Saking begitu muaknya dia dengan kehidupan yang menurutnya sangat tidak adil. Kalau tidak salah baca, dulu ia pernah menyaksikan bapak-bapak yang makan kulit jeruk padahal jaraknya hanya sekitar 100m dari istana, ironis memang: di istana bermegah-megahan mengatasnamakan rakyat tetapi ternyata rakyatnya sendiri tak mampu memenuhi hajat hiduppnya yang paling vital. Bisakah mereka dibilang pemimpin??? Begitu juga dengan Chairil Anwar (CH) katanya,"hidup hanya menunda kekalahan/tambah terasing dari cinta sekolah rendah/dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan/sebelum pada akhirnya kita menyerah".

Menurut saya apa yang dikatakan Gie, tidaklah harus begitu...
jangan marah! jangan marah...!!!
harusnya saya ingat ketika rasa merah ini sampai ke ubun-ubun. boro-boro dech! astagfirullah...
malam tadi adalah puncak, atau mungkin that's the real me???No!!! saya tidak mau menjadi seorang pemarah, bisanya cuma marah.

Tidak usah marahlah untuk hal sederhana yang bisa diselesaikan sederhana. Saya memang sudah kelewatan terhadap diri dan juga teman-teman bahkan adek-adek yang masih imut-imut, malu rasanya. Malu karena sudah segede ini masih juga mengikuti ego. Akh, si ego ini benar-benar harus saya buatkan juga brankas. Berharap cuma sesekali dan saat yang paling dibutuhkan dia muncul...

Bagaimana bisa mengurusi umat jika diri sendiri saja masih disibukan dengan ego diri?